Su-35
Menepis laporan tentang sudah terpilihnya Dassault Rafale atau
Eurofighter Typhoon dalam program Multirole Combat Aircraft (MRCA)
Angkatan Udara Malaysia, Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussain
menyatakan masih ada peluang terpilihnya kandidat lain seperti SaaB
Gipen dan F-18 Super Hornet.
Ketika disinggung tentang kans terpilihnya Eurofighter Typhoon atau Rafale, Hishamuddin Hussain mengatakan F -18E/F Super Hornet dan Saab Gripen pun masih dalam proses yang terus berjalan.
Lalu kira-kira, pesawat tempur mana yang sebenarnya akan dipilih Malaysia?
Malaysia terus menggulirkan wacana pemburuan pesawat tempur multi-role MRCA yang terus tertunda selama empat tahun ini karena terkendala anggaran yang terbatas.
Program MRCA selain untuk menggantikan pesawat tempur medium Mig-29N yang harus pensiun, karena selain mahal biaya operasional dan perawatan juga untuk penghematan dan efisiensi dengan mengurangi tipe pesawat tempur garis depannya.
Memiliki tiga pesawat tempur utama dari tipe medium fighter dan heavy fighter, seperti F-18 Hornet, Mig-29 dan Su-30MKM, Malaysia akan menciutkan menjadi dua type pesawat tempur utama.
Sesuai dengan rencana awal efisiensi, sebenarnya kandidat MRCA bisa terlihat dari tipe pesawat tempur yang sudah dimiliki Angkatan Udara Malaysia, yakni pesawat tempur Su-30MKM dan F-18 Hornet. Jika sesuai dengan pakem rencana awal MRCA, yakni penciutan type pesawat tempur, sebenarnya kans terbesar adalah F-18 Super Hornet.
F-18 Super Hornet adalah pengembangan dari F-18 Hornet lawas seperti yang sudah dimiliki Malaysia. Selain akan memudahkan maintenance, Angkatan Udara dan pilot-pilot Malaysia pun sudah familier dengan F-18 Hornet, menjadikan kemungkinan terpilihnya F-18 Super Hornet lebih masuk akal daripada kandidat pesawat tempur lain. Tentu dengan syarat yang diinginkan Angkatan Udara Malaysia, seperti paket persenjataan terbaru dan termodern yang harus disertakan dalam pembelian F-18 Super Hornet.
Atau kandidat pesawat tempur dari negara lain sebenarnya bisa dipertimbangkan, seperti Su-35 dari Rusia.
Su-35 adalah pesawat tempur heavy fighter multi-role terbaru buatan Rusia. Pesawat tempur dari generasi 4++ ini juga sudah teruji dalam perang nyata di Suriah.
Selain memudahkan maintantenance, dan juga para pilot yang sudah terbiasa mengoperasikan Su-30MKM, sebenarnya Su-35 juga bisa masuk pilihan MRCA Malaysia, namun mungkin karena menganggap pengembangan flanker varian tertinggi sudah mentok dan tidak ingin memiliki pesawat tempur yang sama dengan tetangganya, maka pilihan pesawat tempur flanker dari Rusia menjadi tidak mungkin bagi Malaysia.
Sumber : Jakarta Greater
Ketika disinggung tentang kans terpilihnya Eurofighter Typhoon atau Rafale, Hishamuddin Hussain mengatakan F -18E/F Super Hornet dan Saab Gripen pun masih dalam proses yang terus berjalan.
Lalu kira-kira, pesawat tempur mana yang sebenarnya akan dipilih Malaysia?
Malaysia terus menggulirkan wacana pemburuan pesawat tempur multi-role MRCA yang terus tertunda selama empat tahun ini karena terkendala anggaran yang terbatas.
Program MRCA selain untuk menggantikan pesawat tempur medium Mig-29N yang harus pensiun, karena selain mahal biaya operasional dan perawatan juga untuk penghematan dan efisiensi dengan mengurangi tipe pesawat tempur garis depannya.
Memiliki tiga pesawat tempur utama dari tipe medium fighter dan heavy fighter, seperti F-18 Hornet, Mig-29 dan Su-30MKM, Malaysia akan menciutkan menjadi dua type pesawat tempur utama.
Sesuai dengan rencana awal efisiensi, sebenarnya kandidat MRCA bisa terlihat dari tipe pesawat tempur yang sudah dimiliki Angkatan Udara Malaysia, yakni pesawat tempur Su-30MKM dan F-18 Hornet. Jika sesuai dengan pakem rencana awal MRCA, yakni penciutan type pesawat tempur, sebenarnya kans terbesar adalah F-18 Super Hornet.
F-18 Super Hornet adalah pengembangan dari F-18 Hornet lawas seperti yang sudah dimiliki Malaysia. Selain akan memudahkan maintenance, Angkatan Udara dan pilot-pilot Malaysia pun sudah familier dengan F-18 Hornet, menjadikan kemungkinan terpilihnya F-18 Super Hornet lebih masuk akal daripada kandidat pesawat tempur lain. Tentu dengan syarat yang diinginkan Angkatan Udara Malaysia, seperti paket persenjataan terbaru dan termodern yang harus disertakan dalam pembelian F-18 Super Hornet.
Atau kandidat pesawat tempur dari negara lain sebenarnya bisa dipertimbangkan, seperti Su-35 dari Rusia.
Su-35 adalah pesawat tempur heavy fighter multi-role terbaru buatan Rusia. Pesawat tempur dari generasi 4++ ini juga sudah teruji dalam perang nyata di Suriah.
Selain memudahkan maintantenance, dan juga para pilot yang sudah terbiasa mengoperasikan Su-30MKM, sebenarnya Su-35 juga bisa masuk pilihan MRCA Malaysia, namun mungkin karena menganggap pengembangan flanker varian tertinggi sudah mentok dan tidak ingin memiliki pesawat tempur yang sama dengan tetangganya, maka pilihan pesawat tempur flanker dari Rusia menjadi tidak mungkin bagi Malaysia.
Sumber : Jakarta Greater
Komentar
Posting Komentar